Nama dan ajaran Sufisme tidak pernah dikenal atau ada pada masa kehidupan Rasul
Shallallaahu 'alaihi wa Salam, para shahabat dan Tabi'in. kemudian setelah itu
muncul sekelompok orang zuhud yang mengenakan pakaian sangat sederhana yang
disebut dengan shuf (kulit domba) dan dari situlah awal penamaan sufi. Ada juga
pendapat yang mengatakan bahwa sufi berasal dari kata sufiya yang dalam
buku-buku falsafah Yunani diartikan dengan hikmah.
Yang jelas munculnya
nama baru ini ternyata membawa dampak bagi kaum muslimin, dimana akhirnya ajaran
Sufi ini pecah menjadi sekian banyak aliran (tharikat) dan sufi yang berkembang
sekarang ini lebih banyak kebid'ahan dan pemyimpangannya dibanding pendahulunya.
Berikut ini penjelasan syaikh Muhammad bin Jamil Zainu tentang beberapa pokok
ajaran sufi beserta tinjauannya dari pandangan Al Qur'an dan Sunnah.
Ajaran sufisme memiliki tharikat yang sangat banyak, masing-masing
mengklaim bahwa tharikatnya yang paling benar. Padahal Al Qur'an melarang itu
semua sebagaimana dalam firman Allah :
"Dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah
agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar Rum :31-32)
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam juga menjelaskan bahwa tariqah
atau jalan yang lurus hanyalah satu, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Ibnu
Mas'ud.
Ajaran sufisme membolehkan berdoa kepada selain Allah, baik itu
nabi, para wali yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Diantara mereka
ketika beristighatsah ada yang mengucapkan: "Ya Syaikh Abdul Qadir Jailani, Ya
Rifai atau ya Nabi kepadamulah kami bersandar dan minta pertolongan". Ini
menyalahi firman Allah yang artinya: "Dan janganlah kamu menyembah apa-apa
yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain
Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau
begitu termasuk orang-orang yang zalim". (QS. 10:106)
Ajaran sufisme
meyakini adanya Abdal (wali badal), Aqthab (wali kutub) dan wali-wali
lain yang diserahi oleh Allah mengatur segala urusan dan perkara di alam ini.
Padahal orang-orang musyrik saja sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an
mengetahui bahwa yang mengatur semua urusan adalah Allah.
Sebagian
penganut sufisme meyakini wihdatul wujud (alam adalah satu kesatuan
sebagai wujud Rabb), ittihad atau hulul (bersatunya hamba dengan rabb)
sehingga tidak ada beda antara khaliq dan makhluk. Ajaran ini disebarkan oleh
Ibnu Arabi yang dalam penggalan syairnya ia berkata: "Hamba adalah Rabb dan Rabb
adalah hamba". (Al Futuhat Al Makiyyah, Ibnu Arabi).
Ajaran ini sangat
keterlaluan karena orang yang musyrik atau sangat bodoh sekalipun akan bisa
membedakan dirinya dengan Rabb (Tuhan).
Sebagian kaum sufi mengajarkan
zuhud dalam kehidupan, namun dengan cara meninggalkan sebab-sebab atau usaha dan
jihad (berjuang) padahal Allah telah berfirman : " Dan carilah pada apa yang
telah dianu-gerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu." (QS.
28:77)
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi." (QS. 8:60)
Tingkatan ihsan dalam sufi adalah ketika
mereka berdzikir (kepada Allah), mereka membayangkan syaikh mereka bahkan ketika
shalat pun demikian, tidak jarang diantara mereka yang menghadap gambar
syaikhnya ketika shalat. Ini bertentangan dengan makna hadits Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Ihsan adalah beribadah
kepada Allah seolah-olah kita melihatNya.
Dalam tasawuf seseorang tidak
boleh beribadah kepada Allah karena takut neraka dan karena mengharap surga.
Padahal Allah memuji para Nabi yang berdoa kepadaNya karena mengharap surga dan
karena takut akan SiksaNya. Firman Allah : "Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas."(QS. 21:90),
yakni mengharap surga dan cemas akan siksa dan adzab Allah.
Ajaran
Sufisme membolehkan mengeraskan suara dalam do'a atau zikir dan terkadang
diiringi alat musik dan disertai tari-tarian sedang Allah telah berfirman :
"Berdo'alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. 7:55)
Sebagian kaum sufi tidak malu-malu menyebut nama khamar, mabuk,
wanita dan jatuhcinta dalam syair-syairnya dan terkadang itu dibaca dalam
acara-acara yang diadakan di masjid, sambil diiringi tepuk tangan dan
teriakan-teriakan. Dalam Al Qur'an dijelaskan bahwa bertepuk tangan merupakan
adat orang-orang musyrik dalam ibadah mereka. Firman Allah : "Sembahyang
mereka di sekitar Baitullah itu lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan.
Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu." (QS. 8:35)
Sebagian orang Sufi ada yang senang melakukan atraksi-atraksi
tertentu, misalnya menusuk, memukul diri dengan besi lalu ia memanggil ya jaddah
(wahai eyang) sehingga ia tidak sakit atau terluka. Sebagian orang jahil
menyangka bahwa ini adalah karamah padahal tidak lain adalah istidraj (pemberian
yang menjerumuskan).
Orang-orang Sufi meyakini metode kasyf untuk
menyingkap perkara-perkara ghaib. Padahal tidak ada yang mengetahui perkara
ghaib kecuali Allah sebagaimana Firman Nya : "Katakanlah: "Tidak ada
seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali
Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (QS. 27:65)
Orang Sufi berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa
Salam diciptakan oleh Allah dari NurNya. Kemudian dari Nur Muhammad diciptakan
alam ini. Sedang Al Qur'an menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi
wa Salam adalah manusia biasa yag diberi wahyu, dalam artian bahwa beliau anak
turun Nabi Adam yang diciptakan dari tanah dan terlahir melalui seorang ibu.
Firman Allah : "Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah
Ilah Yang Esa". (QS. 18:110)
Kaum Sufi punya keyakinan bahwa dunia
dan seisinya diciptakan karena Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Salam
padahal Allah telah berfirman bahwa jin dan manusia diciptakan adalah untuk
beribadah, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku". (QS. 51:56)
Ajaran Sufisme juga meyakini bahwa
seseorang bisa melihat Allah ketika di dunia. Sedang Al Qur'an menyangkal semua
ini. Sebagaimana kisah Nabi Musa yang ingin melihat Allah, artinya: " Rabb
berfirman: "Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihatKu, tapi lihatlah ke
bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat
melihat-Ku". Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya
gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. (QS. 7:143)
Diantara orang Sufi ada yang mengaku bisa bertemu Nabi Muhammad
Shallallaahu 'alaihi wa Salam (setelah beliau meninggal) dalam keadaan terjaga
atau sadar penuh. Ini adalah sesuatu kedustaan, karena Al Qur'an menjelaskan
bahwa alam barzah itu terdinding sehingga tidak mungkin orang yang telah
meninggal kembali lagi ke dunia, Firman Allah : "Dan di hadapan mereka(yang
telah meninggal) ada dinding sampai hari mereka dibangkitan." (QS.
23:100)
Sebagian penganut tasawwuf ada yang mengaku bahwa ia mendapat
ilmu langsung dari Allah tanpa melalui Rasul Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Ibnu
Arabi mengatakan: "Dan dikalangan kami ada yang mengambil ilmu langsung dari
Allah, maka ia menjadi pengganti Allah (khali-fatullah)."
Ini adalah
ucapan yang batil, karena Al Qur'an menjelaskan bahwa perintah dan larangan
Allah disampikan melalui RasulNya, sebagaimana firman-Nya, yang artinya: "Hai
Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu." (QS. 5:67)
Kemudian seseorang tidak akan mungkin jadi pengganti Allah, karena
Allah tidak akan bisa lupa atau terlengah dalam mengawasi makhlukNya, justru
Allahlah yang menjadi pengganti dalam menjaga keluarga kita, ketika kita sedang
safar (bepergian) oleh karena itu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam mengajarkan
do'a: "Ya Allah Engkaulah teman dalam safar dan pengganti dalam kelaurga."
(HR. Muslim)
Kaum sufi merayakan maulid dengan berkumpul dan
menamakannya Majlis Shalawat Nabi. Sebagian mereka beri'tiqad bahwa Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Salam datang dalam acara tersebut dan bisa menolong
mereka.
Kebanyakan orang sufi bersusah payah menyiapkan bekal dan uang,
sekedar untuk menziarahi kubur tertentu dan bertabaruk (mencari berkah) di sana,
dan ada pula yang menyembelih binatang atau thawaf. Ini melanggar larangan Rasul
Shallallaahu 'alaihi wa Salam, dalam sebuah sabdanya, yang artinya: "Tidak
boleh bersusah payah menyiapkan bekal untuk berpergian kecuali ke tiga masjid :
Masjidil Haram, Masjdku ini (Nabawi), dan Masjidil Aqsha." (Muttafaq 'Alaih).
Yang dimaksud bepergian dalam hadits di atas adalah dalam rangka
ibadah atau mendatangi tempat-tempat yang dianggap mulia.
Kaum Sufi
sangat fanatik dengan perkataan syaiknya (gurunya), walaupun terkadang ucapan
itu tidak sesuai dengan sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Firman Allah :
" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya
dan bertaqwalah kepada Allah." (QS. 49:1)
Kaum sufi banyak
menggunakan Thalasim (rajah), huruf-huruf, dan angka-angka dalam memilih (baca:
meramal), juga ada yang menggunakan jimat dan pengasihan. Ini termasuk perbuatan
Arraf (tukang ramal) yang berbuat kesyirikan.
Kaum sufi senang
membikin-bikin shalawat yang isinya terkadang mengandung kemusyrikan dan jarang
menggunakan shalawat yang telah diajarkan oleh Rasulullah.
Sumber:
Ash-sufiyah fil Mizanil Kitab was Sunnah, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
(Dept. Ilmiah)
Search This Blog
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Unggulan
Ungkapan untuk Istri
Terimakasih Istriku... Tak terasa, Sudah seperempat abad lebih usia ini terlewati.. Sudah pula terlewati berbagai warna-warni kehidupan...
Populer
-
Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan ant...
-
Bacaan Surat Adh-Dhuha lengkap dengan terjemahan dan Latinnya Audzubillahi minasyaitan nirrajim Bismillahirrahmanirrahiim
-
Surat Alam Nasyrah: 8 Ayat بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ﴿١﴾ وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ ﴿٢﴾ ال...
No comments:
Post a Comment
1. Berkomentarlah dengan sopan.
2. Silahkan membuka Lapak tetapi tidak dengan menyertakakn Link Hidup, jika di temukan link HIDUP maka otomatis akan terhapus.
3. Komentar yang berbau sara / pornografi akan saya hapus.
4. Mari budayakan Komentar dengan menggunakan Bahasa Ibu.